Not That Kind of Paradox [Comment]

[ATTENTION: POST INI BUKAN BUAT ANAK2, ANAK KECIL DILARANG BACA!]

Ini komentar buat postingan Umam yang menarik di "Logika Paradoks" [1] (Habis gak ngerti cara komen di multiply)

Apa yang membedakan antara AKKBB, Adnan Buyung, dkk dengan FPI, MUI, dsb ? Adalah yang disebut sebagai plurarisme dan humanisme. Dasar dari plurarisme adalah paham yang terbuka untuk berbagai pikiran. [2] Apakah FPI dkk termasuk dalamnya? Tidak, FPI menentang plurarisme, FPI tidak menerima pemikiran yang berbeda. Maka, FPI dapat digambarkan sebagai suatu gerakan yang mengancam plurarisme. Tentu, dalam plurarisme ada juga gerakan yang menekankan plurarisme itu sendiri.

Tetapi saudara-saudara, mari kita melihat lebih lanjut.

Masalah di Indonesia, saudara-saudara, bukanlah suatu masalah tentang adanya kelompok yang berbeda. Masalah di Indonesia adalah adanya bentrokan nilai antar suku bangsa, kelompok kultural, dan masyarakat itu sendiri.

Tahukah Anda, ada suku di Papua yang masih telanjang dan melihat orang berpakaian sebagai hal yang aneh. Tahukah Anda bahwa di bagian tertentu di Karo, ada wanita dan laki-laki yang mandi di sungai yang sama di tempat yang agak berjauhan? Tahukah Anda bahwa minuman keras dan kartu merupakan tradisi bagi beberapa masyarakat Batak, Manado, dan Ambon. Tahukah Anda bahwa seks bebas sudah menjadi gaya hidup metropolitan? Tahukah Anda bahwa di sebagian suku Betawi berkata kasar itu sudah biasa?

Tahukah Anda bahwa nilai-nilai kekeluargaan sudah berevolusi dalam tahun-tahun belakangan ini? Dulu orang punya yang namanya keluarga besar, tetapi saat ini model satelit (ayah, ibu, anak, dan [opsional] pembantu). Dahulu memandang ayah langsung ke mata dipandang tidak sopan, sekarang memanggil nama pun sudah banyak dilakukan. Bahkan, saat ini sudah banyak keluarga yang anaknya lebih keras dari orang tuanya.

Gaya hidup orang pelabuhan, terminal, dan sastra terbiasa dengan kata "Bangsat", "Babi", dan berbagai kata lainnya. Bahkan, ada suatu istilah yang disebut dengan hormat di suatu daerah tetapi bisa menjadi penghinaan di daerah lain.

Kendati Islam, Kristen, Budha, Hindhu, dan Kong Hu Cu menjadi agama resmi, masih banyak orang yang menganut kejawen dan masih banyak orang yang pergi ke dukun. Coba saja lihat iklan Pos Kota dan koran-koran kuning lainnya. Selain itu, kendati tingkat pendidikan sudah tinggi, masih banyak orang yang percaya dengan takhayul. Bahkan, kalau mau bertemu orang-orang Agnostik dan Atheis, di Indonesia banyak (terutama Agnostik).

Apakah aliran kiri sudah mati? Saat ini justru aliran kiri sedang berkembang. Kendati konflik G/30/S PKI mengakibatkan partai PKI mati dan beribu-ribu orang menjadi korban pembuangan, pemikiran sosialis sangat berkembang di kalangan mahasiswa. Pemikiran-pemikiran kaum sosialis menjadi jawaban atas kegelisahan orang terhadap kegagalan pembangunan di Indonesia untuk mencari jawaban alternatif.

Sebagian orang mungkin menemukan jawaban terhadap penyalahgunaan agama dan mengharapkan pemurnian agama, tetapi ada juga yang menemukan bahwa agama itulah permasalahan yang pokok. Apalagi, negara-negara yang muncul ke permukaan yang memperhatikan rakyatnya/setidaknya maju sebagai suatu negara seperti Cina, Kuba, dan Venezuela adalah negara-negara komunis.

Sebelum berbicara mengenai Komunis, perlu diketahui saudara-saudara bahwa komunisme dalam pengertian ini adalah paham yang mengajarkan kebencian kepada agama seperti kebanyakan praktisi komunis. Tetapi, komunis itu adalah paham yang mengajarkan bahwa kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan hak pribadi dapat diambil jika bertentangan dengan kepentingan bersama. Komunisme adalah lawan dari Kapitalisme.

Mengapa kaum komunis memilih untuk tidak beragama adalah karena dahulu kaum agamawan dan kaum bangsawan bersama-sama memerah kaum rakyat jelata. Agama waktu itu dipandang sebagai bagian dari candu dan menjadi justifikasi orang-orang dalam menyatakan kekuasaan absolut. Anyway, supaya jangan keluar dari konteks, intinya paham ini telah merebut hati sebagian orang.

Tentunya kebanyakan dari orang-orang yang memiliki paham ini biasanya kaum intelektual yang tidak akan langsung turun ke lapangan yang bahkan hanya seperti kelompok jenius yang berbicara saja. Tetapi, apa yang terjadi seandainya kaum seperti FPI dibiarkan?

Saya sengaja tak menyebutkan di awal, tetapi fakta berbicara bahwa mafia-mafia banyak di Indonesia. Vasal-vasal kecil bertebaran dari Sabang sampai Merauke. Gerakan-gerakan anti-republik seperti GAM, OPM, dan lain sebagainya masih merupakan laten. Saat ini setiap orang masih berharap pada republik dan berpikir tentang persatuan.

Tetapi, seandainya sebuah kelompok radikal dari Islam Sunni yang bernama Front Pembela Islam bebas melakukan kehendaknya, maka akan ada kelompok-kelompok lain yang muncul. Tentunya, setiap anggota republik ini yang bukan Islam Sunni akan merasa terancam. Sebagian akan memilih untuk pergi dari republik ini karena negara-negara maju saat ini sedang kekurangan penduduk. Sebagian yang memiliki keterikatan dengan daerahnya akan membentuk kelompok. Sebagian yang merasa terancam akan berharap pada pemerintah. Sebagian yang merasa disudutkan akan membentuk kelompok perlawanan (atau pembelaan).

Apabila itu terjadi, tinggal tunggu waktunya sebelum Indonesia seperti Yugoslavia, India/Pakistan, atau bahkan Soviet. Hampir setiap daerah di Indonesia punya kemampuan untuk berdiri sendiri. Apalagi, Indonesia adalah mitra strategis (sapi perahan atau apapun namanya bagi Anda) bagi negara-negara asing. Bisa jadi, kelompok mayoritas malah akan dikalahkan oleh kelompok minoritas yang memegang sektor-sektor strategis. Atau sebaliknya, terjadi genosida dan Indonesia kembali menjadi lapangan perang.

Satu-satunya cara untuk mencegah hal tersebut saudara-saudara, adalah dengan mengedepankan semangat nasionalisme. Satu-satunya cara untuk tetap menjaga kedamaian adalah dengan menjaga persatuan dan kesatuan. Kesatuan membutuhkan penerimaan tentang perbedaan nilai dan menjunjung suatu nilai dan nilai bersama itu adalah Pancasila.

Maka, pertanyaan terakhir saya kepada saudara-saudara adalah apakah agama yang saudara-saudara anut adalah agama darah? Karena dari setiap agama yang diakui oleh pemerintah Indonesia yang saya tahu adalah menjunjung tinggi kedamaian. Bukankah dengan adanya perang dan kebencian maka agama yang dianut menjadi sebuah paradoks?

Ketika saya berkunjung ke Malaysia, saya melihat suatu hal yang luar biasa. Ketika di Keretapi, saya melihat keturunan Melayu berjilbab duduk dan di sampingnya berdiri keturunan Cina dengan pakaian agak mirip Tang Top [cmmiw] dan celana pendek Jeans. (buat klarifikasi sdr2, gw gak mandangin cwk2 itu lama! I'm not a pervert!) Mereka tidak saling berkomunikasi, mereka saling cuek satu sama lain karena tak kenal satu sama lain. Tetapi, mereka tidak satu pun yang berpandangan jijik atau merasa paling benar. Masing-masing punya nilai mereka sendiri.

[1] Umam. Logika Paradoks. http://umam1101.multiply.com/journal/item/94/Logika_Paradoks
[2] Google Search. http://www.google.com/search?hl=id&client=opera&rls=en&hs=z6g&q=define%3Apluralism&btnG=Telusuri&lr=

Comments

Post a Comment

Popular Posts