Skip to main content

Kebebasan Beragama dan Kebebasan Berekspresi

Ada perbedaan antara hak dan kewajiban. Hak seseorang dibatasi oleh hak orang lain. Seberapa besar garis yang ditarik seharusnya berimbang.

Satu hal yang diingat, dunia seperti dadu yang berputar dan kita semua masing-masing sedang memasang taruhan pada nomor-nomor yang akan keluar. Semuanya menantikan dadu berhenti dan memunculkan nomor kemenangan. Setiap orang mengeluarkan ilmu eksaktanya dengan mengatakan bahwa pasti positif nomor yang dia taruhkan akan keluar.

Ada yang memasang rantai Markov, adanya berusaha menggunakan sebaran Poison, bahkan menggunakan perhitungan Bayesian. Beberapa orang spesial berusaha mengemulasikan bentuk dadu dan menghitung friksi yang terjadi dan memodelkan matematika sehingga menggunakan pendekatan untuk menghitung kapan dadu akan berhenti berputar. Ada juga yang berusaha menjadi oportunis dengan bertaruh pada nomor tertentu tanpa perhitungan apa pun. Yang pasti, semua harus memasang pada suatu angka.

Di tengah-tengah perjudian ini, kemudian ada segelintir orang yang berusaha menambah taruhan dengan mengajak orang lain. Maksudnya adalah baik, dia tidak ingin orang lain menderita kekalahan dan dia tak mau menikmati kekayaan seorang diri. Apalagi, bandar yang sedang memutar dadu adalah seorang bandar yang kejam tak berperikemanusiaan. Ia hanya bekerja memutar dadu dan menarik taruhan yang kalah tanpa mempertimbangkan bahwa petaruh-petaruh itu telah menaruh seluruh harapannya pada angka yang mereka masing-masing pilih.

Apakah niat baik seseorang yang sedang menganjurkan angkanya kepada orang lain salah? Tentu saja tidak. Tetapi, apakah berhak seseorang memaksakan angka yang dia pilih kepada orang lain? Tentu saja tidak. Adakah kenikmatan berjudi jika pilihan yang dipilihkan tidak merupakan pilihan dari hati seseorang terlepas dari perhitungan-perhitungan yang dia ambil?

Lagipula, tidak seorang pun mengetahui angka apa yang akan keluar sebenarnya. Biarlah mereka memilih angka yang mereka percayai. Kalau memang percaya angka yang Anda yakini bakal keluar, silahkan yakinkan dengan argumen yang tepat.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

STAN vs. UI

Ugh, kasihan banget adek gue. Saking kepinteran dia jadi dapet Akuntansi UI dan STAN. Jadi bingung mau masuk yang mana. Beberapa orang (termasuk orang tua gue), menyarankan masuk STAN. Gue malah memperburuk suasana dengan membela memasuki Akuntansi UI, maklum bela almamater. Duh, gue jadi merasa bersalah bikin dia ragu-ragu. Kira-kira enakan masuk mana, yah? Gue juga gak tahu keuntungan masing-masing. Hasil debat sementara: ~ Untuk jangka panjang masuk UI, untuk jangka pendek STAN. ~~Tapi, dia itu kan cewek, ntar pas menikah kemungkinan besar karir terhambat. Eits, ntar, dulu, sekarang kan jamannya emansipasi, bisa aja cowoknya yang jadi BRT. ~ STAN sarang korupsi, kalo masuk STAN jadi pegawai negeri. Kalo mau kaya harus korupsi. Tapi kalo masuk UI, lulus masuk jadi akuntan publik. Sekarang ini, orang membayar akuntan publik untuk memanipulasi nilai pajak dan aset. *SIGH*. Jadi gak ada yang beres ~ dll. Yah, udah gue jadi bingung, apa lagi dia nanya saran gue. Buah, gue gak pengalaman ...

I Hate Marvel Civil War Storyline In Comic

See this snippets from The Amazing Spiderman: [1] http://scans-daily.dreamwidth.org/4625006.html The snippets on [1] made it clear: Stan Lee made Spidey have a strong believe in Privacy. The comic strips show how Spidey even have to face charges because of his anonymity. The accuser even made many accusation to other entities for political attacks. A fan-art/art I've found in the 90's illustrated Spiderman standing in front of Peter Parker tomb. I don't know if that was originally from comic book or fan-made, 90's are a long time ago. That art mesmerized me and introduced me to the importance of privacy. In late nineties, I was joined to a program hold by an NGO. So, at that time I know how crucial a privacy was (and still is) to humanity. I'm not exaggerating! Humanity would fall to big financial organizations if people could not voice their fears in anonymity. Whistleblowers around the world would not dare to come up. We would not see any suppression ge...