Peace: Understanding The Christianity

Ketika Yesus dan murid-murid-Nya berkunjung ke sebuah desa di Samaria, mereka ditolak dan diusir keluar. Dengan perasaan marah dan malu, murid-murid-Nya bertanya kepada Yesus: "Guru, maukah Engkau agar kami berdoa mengirimkan api dari langit [untuk membumihanguskan mereka]?" Namun, dengar keras Yesus menegur dan memarahi mereka.

Bagi Anda yang cukup rajin membaca Alkitab, Anda tahu bahwa ada kisah di mana Yesus mengutuk sebuah pohon ara yang tidak berbuah sehingga ia menjadi kering. Ia juga pernah mengecam para ahli-ahli kitab yang hanya munafik. Bahkan, Ia pernah berbuat kerusuhan dengan meluluhlantakkan dagangan di Bait Suci. Namun, mengapa terhadap mereka yang menolak Dia, tak sedikit pun Ia marah, apalagi mengutuk?

Yesus pernah memberi klaim bahwa Anak Manusia datang untuk menyelamatkan bukan untuk menghakimi. Jadi, tidak berdasar apabila penyelamat kemudian memutuskan untuk menghakimi. Seperti Yohanes yang mencatat dalam kitab Wahyu, "Lihat Aku berdiri di depan pintu mengetuk, barangsiapa yang membuka pintu Aku akan masuk."

Tuhan, dalam pandangan kekristenan, tidak pernah memaksakan kehendak-Nya. Setiap manusia diberi sebuah anugerah, yaitu kehendak bebas. Setiap orang bebas menentukan arah hidupnya. Jadi, adalah kekristenan yang salah dan sesat jika seseorang dipaksakan untuk menjadi kristen.

Lebih tegas lagi, dalam Yohanes 10, Yesus memberi perumpamaan tentang diri-Nya. Ia adalah seorang gembala dan gembala yang baik memberikan nyawanya bagi kawanan dombanya. Ia menegaskan bahwa Ia bukan pencuri yang menyeruak masuk dengan paksa. Domba-domba-Nya mendengar Dia dan mengenal Dia.

Mendengar dan mengenal artinya memiliki hubungan pribadi, pengalaman rohani yang kuat dengan Tuhan, merenungkan Firman Tuhan dan melakukannya. Jadi, buat apa menjadi Kristen yang tidak mengenal Tuhannya? Percuma. [ADUH, JLEB KE GW JUGA :P]

Di dalam kekristenan ada 2 hukum yang utama dan terutama:
  1. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu, akal budimu, dan dengan segenap kekuatanmu.
  2. Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Ini inti dari kekristenan, inti dari ajaran Yesus kepada orang percaya.

Untuk hukum yang pertama, ini juga dasar dari hukum agama-agama lain dan banyak yang sudah paham, dan saya rasa hukum ini cukup intuitif. Dengan mengasihi Tuhan, maka kita akan berbakti kepada-Nya dengan tidak jemu-jemu. Kita akan menuruti apa Kata-Nya dan melakukannya dengan sepenuhnya.

Tetapi, untuk hal yang kedua, seorang ahli kitab pernah datang ke Yesus dan menanyakan kepada Yesus: "Siapakah sesamaku manusia?"

Yesus kemudian memberi jawaban dengan sebuah perumpamaan: Kisah Orang Samaria yang Baik Hati.
Ada seorang Yahudi sedang dalam perjalanan ke Yerusalem, ia kemudian dirampok di tengah jalan sampai habis-habisan. Terbaring setengah sekarat dan telanjang, ia hanya bisa diam di sisi jalan tempat ia dibuang menantikan bantuan.

Suatu ketika, ada seorang ahli kitab yang lewat. Ketika ia melihat orang malang itu, ia mengambil sisi jalan satunya dan meninggalkan orang tersebut.

Kemudian, seorang pemimpin agama lewat juga. Tetapi, sama dengan ahli kitab, ia terburu-buru dan meninggalkan pria malang tersebut.

Lalu, datanglah seorang Samaria. Ia menaikkan orang tersebut. Kemudian, ia ke penginapan terdekat dan menitipkan orang tersebut dan membayarkan sejumlah uang untuk biaya perawatan orang tersebut.
Sedikit sejarah sosiologi Israel. Dahulu, kerajaan Israel setelah raja Salomo, anak Daud, terpecah menjadi dua; 10 suku menjadi Israel dengan ibu kota Samaria dipimpin oleh seorang pemberontak dan 2 suku menjadi kerajaan Yehuda dengan ibu kota Yerusalem dipimpin oleh keturunan Daud.

Untuk mencegah orang-orang Israel pergi ke Yerusalem, sebagaimana diatur oleh Taurat, raja pada masa itu membuat sebuah Yerusalem tandingan dan menempatkan 2 lembu Harun sebagai sesembahan. Selain itu, kerajaan Israel juga dipenuhi oleh silsilah raja-raja yang bejat sehingga membiarkan bangsa Israel kawin campur dengan bangsa lain sehingga ajaran Taurat tidak lagi dilakukan. Akibatnya, kerajaan Utara ini lebih dahulu ditinggalkan Tuhan dan mereka jatuh terlebih dahulu kepada raja Asyur. Kerajaan Yehuda jatuh 500 tahun.

Semenjak itu, dalam strata sosial kehidupan Yahudi, Samaria itu semacam saudara haram dari mereka. Kaum yang najis dan kalau bisa, seorang Yahudi murni tidak berbicara langsung kepada mereka. Inilah ironi yang Yesus berikan kepada murid-murid-Nya waktu itu.

Ia memberi contoh bagaimana seseorang yang dianggap najis masih rela menolong orang lain. Inilah yang Yesus ajarkan bagi seorang Kristen sejati: menolong itu tidak pandang bulu!

Itulah sebabnya, ketika badai tsunami melandah Aceh dan negara-negara sekitar, lembaga Kristen lebih dahulu turun menolong mereka. Ini perintah utama buat orang-orang Kristen. Akan selalu ada kas yang tersisih untuk menolong orang lain, walaupun berbeda kepercayaan seperti Bunda Teresa menolong kaum papa India. Mereka yang dirawat mungkin seorang Hindu, dan sampai mati tetap Hindu. Akan tetapi, tugas seorang Kristen adalah untuk merawat dan menolong mereka tanpa pamrih.

Itu sebabnya saya agak bingung dengan kawan-kawan yang suka menuduh kristenisasi. Apa, sih, definisi kristenisasi? Bukankah setiap agama mengajarkan untuk memberitakan dan mempraktekkan agamanya? Di sana kami tidak berusaha mendirikan gereja, tetapi menolong orang.

Buktinya? Apakah ada gereja yang dibuka di sana? Padahal, bantuan-bantuan asing diterima berlimpah di sana. Bahkan, bantuan dari nasional banyak dibuang dan orang lebih memilih bantuan dari asing yang notabene sebagian besar adalah lembaga Kristen.

Ketika Yesus ditangkap di taman Getsemani, Petrus marah dan menetakkan telinga salah seorang penyergap. Tetapi, Yesus mengambil telinga yang terputus itu dan menyatukannya kembali ke telinga orang tersebut. Padahal, sebelumnya Yesus berpesan agar murid-murid-Nya bersiap-siap untuk membawa pedang.

Ternyata, inilah makna dari pedang itu: Injil, kabar baik.

Seorang martir dalam kekristenan bukanlah Richard The Lionheart atau pun salah satu dari krusader. Terus terang hal ini membuat saya bergidik menjadi seorang Kristen: seorang martir bagi Kristus adalah seorang yang mempertahankan imannya sampai mati.

Nah, parahnya, kalau Anda membaca kekristenan mula-mula, orang Kristen itu pantang melawan dengan kekerasan. Artinya, dibakar, disesah, atau pun dipermalukan, orang Kristen itu tetap memuji Tuhan dan tetap mempertahankan imannya.

Ini saya kasih gambaran seorang martir yang membuat para prajurit Roma yang terkenal kuat, bahkan sampai bergidik ketakutan:

Ketika zaman pemerintahan Nero, ia membakar kota Roma dan menuduhkannya kepada orang-orang Kristen. Hal ini membuat orang-orang Kristen ditangkapi. Sebagian diumpankan kepada singa-singa dan gladiator. Tetapi, sebagian besar, ini yang bikin bergidik, dibakar hidup-hidup sebagai tontonan. Nah, dikisahkan, sekali lagi ini yang buat saya berpikir berkali-kali untuk menjadi martir, mereka tidak mengutuk tetapi bernyanyi memuji Tuhan hingga mereka tidak bisa bernyanyi lagi.

Inilah seorang Kristen sejati, menjadi berkat dan membawa damai di mana pun ia ditempatkan.

[Huehehehe... bisa gak yah gw?]

Comments

  1. Anonymous12:35 AM

    wah jep, tulisan loe yg ini boleh juga, gw jadi terharu T_T thanks yak! :)

    ReplyDelete
  2. Huhuhu setia sampai mati. Ini yg beraaat ...

    ReplyDelete
  3. Anonymous8:31 AM

    Great post, Jep. Nonjok.. Kristen memang banyak cacatnya dilihat dari sejarah, tapi esensi ajarannya luar biasa. Thanks for posting! Merry Christmas :D

    ReplyDelete
  4. Itu sebabnya saya agak bingung dengan kawan-kawan yang suka menuduh kristenisasi. Apa, sih, definisi kristenisasi? Bukankah setiap agama mengajarkan untuk memberitakan dan mempraktekkan agamanya?

    Tidak usah takut dituduh kristenisasi. Bahkan biarpun ada beberapa yang menjadi Kristen karena itu, itu memang hak yang berpindah agama.

    Dalam terminologi Arab di masa Rasulullah, orang yang berpindah agama disebut "Shabi" atau dalam bentuk jamaknya "Shabi'in", bukan "murtad" seperti yang digemborkan kaum fanatik di masa sekarang.

    "Shabi" berasal dari kata "Shaba a" yang berarti beralih, berpindah dan konotasinya positif.

    "Murtad" (menunjukkan orang) mempunyai bentuk kata benda (eh atau sifat yah?) "Irtidadd", berasal dari kata "Radda" yang artinya kembali ke jalan semula. Jelas kata ini tidak bisa diterapkan pada orang yang Islam sedari lahir dan memilih pindah agama.

    Pernah gue nulis ini di blog waktu lagi heboh kasus Lina Joy.

    Intinya sih,
    gak usah segan-segan berbuat kebaikan. Gak usah takut diancam ama kaum fanatik.

    ReplyDelete
  5. Anonymous10:42 PM

    Blognya Menarik. akan saya tunggu updates berikutnya. Mengundang main ke blog aku, 'Klik Saya' ya.
    Salam kenal.
    GBU

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts