Hello, Faith!

My church just finished their Grand Meeting (Musyawarah Besar/Mubes). It ended with a ...
Ah males gw latihan bahasa Inggris.



Tadi pagi ngadain ibadah raya dengan gw sebagai Keyboardist. Ibadah tadi pagi itu selain dihadiri oleh Gembala Sidang, Pendeta, dan pelayan lainnya dari seluruh Indonesia, dihadiri pula oleh gereja cabang dari Jabodetabek. Fyi, gereja gw, walaupun kecil dan terkesan seperti rumah, adalah gereja pusat yang punya cabang cukup banyak dari Sumatera Utara hingga ke Papua dan Irian Barat (gw gag tau mana yang paling barat...).

Anyway, gw cukup terkejut dengan animo yang ada ketika pujian dilagukan. Betapa semangat jemaat membuat gw berapi-api. Man, it was ages ago when I've got this feeling. Sungguh, kebaktian tadi beda banget. Gw ngerasa banget sukacita dan kekuatan spiritualnya.

Gimana gag semangat, bayangin aja, seorang gembala sidang yang ud usia 60an masih mau menari dan bersemangat. Apalagi kita yang masih muda, tengsin abis kalo kalah semangat! Hehehe...

Fyi, gereja gw adalah aliran Pentakosta, kalo elo2 suka nonton film yang ada gereja orang kulit hitam, pake full band trus nari dan nyanyi dengan improvisasi, well, kayak gitu deh (minus paduan suara dan suara tinggi melengking kayak Mariah Carey).

Kalo gw pikir, memang mereka itu hebat sekali, yah. Mau ke pedalaman dan hidup oleh karena iman. Aje gile kalo gw musti hidup kayak mereka. Dengan modal iman, mereka masuki pedalaman Papua. Dengan segala harta mereka, mereka menginvestasikannya untuk gereja mereka. Mereka bisa hidup dari iman, sedangkan gw.... Masih protes dengan lemotnya hubungan internet di luar kampus?

Ah, kalo gw liat, emang pemuda di kota lebih individualistis. Karena keadaan lingkungan yang memaksa mereka. Gw liat, suatu tindakan iman ketika gembala gw memberi cincin emas hadiahnya untuk gereja di Sumatera yang telah lama berdiri tanpa tembok sekelilingnya dan gw tanpa hati ngeliat gelandangan yang seliweran tiap hari di kereta.

Man, emang, sih. Mereka hidup kecukupan. Rumah mereka di Garut lebih megah dari rumah gw di Jakarta. Gembel-gembel itu memang punya sindikat dan mereka memiliki motif yang aneh-aneh. Sekalipun demikian, mengapa gw menghakimi mereka dan mengatakan mereka tidak perlu dikasihani?

Ah, ketika dulu masih semester awal, gw melihat mereka sebagai artis-artis jalanan yang bergaya bak seorang cacat. Tetapi, waktu itu gw tahu bahwa mereka memang cacat. Mungkin secara fisik mereka tidak cacat, tetapi hati mereka. Atau, setidaknya hargailah mereka yang telah rela membuang harga dirinya untuk mencari nafkah melalui belas kasihan.

Dulu gw berpikir, kalo emang mereka hanya bisa mengemis dan, oleh kedangkalan pikiran mereka, mereka menjadi cacat (disable) dalam mencari pencaharian hidup, mengapa tidak kita kasihi mereka? Tidakkah mereka membuat kita dapat berpraktek untuk saling mengasihi?

Saling mengasihi? Hmm... Inilah ajaran inti dari Kristen. Tapi, aje gile susah abis, yah. Kalo ada yang ini, ud lama dunia hidup dalam kedamaian dan Bush tidak perlu mengirimkan pasukan ke Timur Tengah dan CIA tidak perlu merekrut agen ganda macam Osama Bin Laden yang akhirnya beneran jadi agen ganda dan tidak perlu ada 9/11 dan tidak ada Rasisme dan pemikiran dangkal.

Duh, gimana, sih, pendeta-pendeta itu bisa bertahan dalam kesempurnaan iman itu? Gimana cara mereka bisa sabar menghadapi sewaktu2 di jam 2 subuh diketok-ketok rumahnya dan dipanggil oleh Jemaat yang membutuhkan padahal mereka baru saja beristirahat.

Hal yang mengagumkan adalah pemikiran seorang Pendeta Senior dari Papua. Dia mau meletakkan jabatannya dan menyerahkannya kepada yang lebih muda. Lebih dari itu, dia mau menerima keputusan dari rekannya yang jauh lebih muda. Dalam pemikirannya adalah lebih penting ladang Kristus terjadi peremajaan pelayan agar terjadi kesinambungan dalam pelayananan..

Duh, bandingkan dengan pemimpin kita dari zaman Soekarno sampai saat ini, yang nyaris semuanya diturunkan dengan Coup de' etat. Pantes aja gag ada yang beres kebijakan nasional jangka panjang di negara ini. Yee.. malah ngomongin politik lagi.

Sudahlah, bangsa ini memang sudah bobrok dan menuju kehancurannya. Tapi, di sinilah tantangan gw sebagai orang Kristen untuk membuat perbedaan. Bisakah gw melakukan Kristenisasi di dalam Indonesia? OK, buat orang yang pikirannya bokep, Kristenisasi bukanlah kegiatan untuk membuat orang lain berpindah agama menjadi Kristen, tetapi pola hidup yang gw lakukan adalah sesuai dengan iman Kristiani.

Pola iman Kristiani?

1. Lakukanlah sesuatu seakan-akan untuk Tuhan. Orang Kristen diajar untuk totalitas untuk melakukan sesuatu. Misalnya, gw harus total dalam mengerjakan proyek Open Source walaupun itu tidak menguntungkan untuk gw. Mak, gw ud bosen dibuat patah arang sama orang2 yang bukannya mendukung tetapi malah menjatuhkan mental orang. Pikiran gw ud mulai komersil, gw pengen cepet2 cari kerja dan lupakan saja bangsa ini. Bangsa ini gag perlu hukum yang ditegakkan. Bangsa ini tidak perlu harga diri. Bangsa ini butuh duit doang. Ah, tapi, sekali lagi.... Gw mulai berpikir ulang dan gw coba buat berpikir idealis lagi (termasuk dalam mencari lapangan pekerjaan).

2. Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Balaslah kejahatan dengan kebaikan. Saling mengampuni seorang akan yang lain. MENGAMPUNI? MINTA MAAF? Terkadang, ego gw emang menghalangi hal tersebut. Tetapi, Tuhan mengajar dan memberi kekuatan untuk itu.

Pola hidup Kristiani?

Gw bukan orang suci. Tetapi, Mubes kemaren telah menghadirkan orang2 yang telah hidup bertahun-tahun dengan iman dan terpelihara. Mereka dengan teguh mempertahankan idealisme mereka di tengah bangsa yang korup. Adalah menjadi hal yang tak berdasar jika seseorang kehilangan nuraninya dan menjadi takut akan masa depan.

Sekali lagi, ada satu pertanyaan di hati ini yang kembali muncul. Dalam iman Kristen, keselamatan adalah suatu anugerah dan bukan merupakan hasil perbuatan. Artinya, orang cukup percaya kepada Kristus maka ia selamat. May think this:

"Apakah kamu percaya Tuhan?"

Kalo gw, gw jawab: Ya.

Lalu kemudian, ada masa depan yang terbentang di depan. Ada "fog of war" di mana kita bertempur melawan musuh2 yang tidak diketahui melewati daerah-daerah yang masih tak terjamah. Ke manakah aku harus melangkah?

Lalu kemudian, Tuhan berkata bahwa Dia menjamin hidup kita. Melalui inspirasinya, Raja Daud dalam Mazmurnya bersaksi: "Belum pernah selama hidupku kulihat anak cucu orang benar hidup meminta-minta"

Tuhan sudah berkata bahwa percayakan hidup kepada penyertaan-Nya. Kita cukup hidup dari Firman-Nya. Tidak korupsi, tidak pelit, tidak membenci orang lain (walaupun tidak seiman dan menyebalkan), dan tidak kuatir. Memang kita bisa kuatir, tetapi kita tidak hidup dari kekuatiran itu.

Tuhan memerintahkan untuk bekerja dengan totalitas. Ia berfirman bahwa Ia sendiri yang akan memperhatikan kehidupan kita. Burung Pipit ia pelihara, bunga Bakung liar di padang ia dandani melebihi pakaian megah Salomo/Sulaiman. Ia ingin agar secara total kita berbuat kebaikan walaupun tampaknya hal tersebut seakan-akan membuat kita rugi. Dunia menjadi membenci kita oleh kebaikan yang kita lakukan.

Bayangkan jika elo satu2nya yang di kantor kagak korupsi. Bayangkan elo adalah auditor yang bekerja tanpa standar laporan ganda. Bayangkan kalo elo adalah seorang aktivis yang rumahnya sering dilempari batu oleh orang yang tidak dikenal. Bayangkan elo adalah seorang Jaksa yang ke kantor naek Busway. Bayangkan elo adalah seorang sistem analis, seorang manajer proyek yang tidak menggembungkan nilai proyek, yang mau underpaid untuk sesuatu yang besar.

Tuhan menyertai orang-orang seperti ini. Tuhan memberkati mereka dan Tuhan mau kita berjuang untuk menjadi salah satu dari mereka. Hidup jujur, bersahaja, dan berbakti pada masyarakat. Tuhan memerintahkan kita untuk menjadi berkat, terang, dan garam dunia.

Lalu, pertanyaan ini kembali dipertanyakan:

"Apakah kamu percaya Tuhan?"

Kali ini, gw mikir lama. Walaupun jawaban tetap sama, tetapi kali ini ada syarat yang gw ajukan. Gw minta dispensasi sama Tuhan. Gw bukan seorang suci. Gw bukan salah satu dari gembala sidang itu. Gw bukan seperti mereka yang, oleh iman mereka, mampu menyembuhkan orang sakit keras melalui doa. Gw masih muda dan gw orang yang masih dibatasi oleh rasio gw yang terbatas. Rasio yang hanya memikirkan variabel-variabel yang tampak dan mengabaikan variabel-variabel lain yang mungkin secara signifikan menentukan arah hidup keberhasilan seorang.

Ah, gw jadi ingat. Gaya yang menggerakkan suatu balok ato benda bukanlah suatu gaya tetapi resultan gaya.

Hidup penuh variabel. Tuhan mengklaim bahwa Ia kendalikan semua variabel tersebut. Masihkan gw percaya kepada-Nya?

Comments

  1. summarize dong jep... panjang amat :p

    ReplyDelete
  2. Yang aku gak habis mikir.. kok contohnya berupa open-source yah?

    Ayo, Jep
    Jangan ragu untuk bergerak!

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts