Behind The Wedding : Bataknese Custom

-----BEGIN PGP SIGNED MESSAGE-----
Hash: SHA1

[definisi: pariban]
suatu marga tertentu memiliki jodoh dari marga lain. Orang yang bisa berjodoh itu namanya pariban (sejenis pacar, lah). Untuk kaum laki-laki, menyebut orang tua (atau yang selevel dengan mereka) dari sang perempuan dengan nama Tulang dan Inang Tulang [baca: Nantulang]. Sedangkan, pihak wanita memanggil ortu (atau yang selevel dengan mereka) dari laki-laki dengan sebutan Amang Boru dan Inang Boru [baca: Namboru]. Sebutan Namboru juga ditujukan kepada saudara perempuan dari Ayah kita dan sebutan Tulang buat saudara laki-laki dari Ibu kita.
[/definisi]

Adat orang Batak itu sungguh kompleks. Kakak sepupu gue, Kak Keke, hendak melakukan acara pernikahan. Sabtu kemarin, ada 2 acara yang dilangsungkan di rumahnya, yaitu:



  • Marhusip [baca: mar-hu-sip]


  • Acara ini merupakan suatu acara di mana pihak laki-laki dan perempuan bertemu. Di sini, mereka berbicara mengenai mahar dan macam-macam itulah. Pada tahap ini, masing-masing keluarga berbagi tugas mengenai acara pernikahan, misalnya siapa yang mengurus gedung, prasmanan, dll.



    Kalo aslinya, acara ini sampe berantem-beranteman, apa lagi bokap sang perempuan marah karena puterinya hendak diambil dari dia. T'rus, bisa juga yang seharusnya jadi pariban marah karena paribannya diambil orang. Tapi, itu, khan, dulu.


    Kemarin, acara ini dilangsungkan di rumah ortu sepupuku. Mereka menyediakan hidangan untuk semua undangan. Seharusnya (ok, biasanya), pihak lelaki yang datang bertandang membawa minuman (Coke dan Bir), tetapi, kemarin mereka tidak membawa itu.



    Hal yang menarik pada acara ini adalah, seharusnya saat pihak lelaki datang, sang perempuan harus disembunyikan dari calon pengantin pria. But, kemarin mereka malah ngobrol2 berdua di atas.




  • Tonggo Raja [baca: tong-go ra-ja]


  • Tonggo Raja adalah suatu acara keluarga masing-masing. Pada acara ini, keluarga perempuan berkumpul dan merundingkan pembagian acara, siapa saja yang harus diundang. Btw, gue juga agak bingung, acara ini ngapain, soalnya, beberapa hari yang lalu, bokap kakak sepupu gue udah mengundang Tua-Tua untuk membicarakan siapa saja yang harus diundang dan siapa saja yang harus ikut dicatat dalam bagian turut mengundang.



    bagian turut mengundang itu sangat penting. Kemarin, bapa sepupu gue itu harus menelepon ke Medan dan meminta maaf karena ada satu orang yang namanya lupa dicatat yaitu saudara perempuan dari Kakek gue.




Yang menarik dari adat batak, berbeda dengan adat Barat, ada suatu tenggang waktu suatu pasangan mempublikasikan diri kepada khalayak ramai. Nah, acara itu namanya Martupol [baca: mar-tup'-pol]. Pada acara ini, pasangan ini di depan jemaat gereja mengumumkan diri bahwa mereka bertunangan dan hendak melangsungkan pernikahan. Biasanya, acara Martupol ini memiliki waktu minimal 2 minggu sebelum hari H.

Dengan adanya acara ini, jika ada pihak-pihak yang berkeberatan sudah jauh-jauh hari menyatakan keberatannya. Jadi, gak bakal ada lagi, deh, nyanyian MLTR, 25 Minutes. Lagian, sayang, khan, di tengah acara pernikahan tiba-tiba ada orang yang interrupt. Jamuan makannya jadi sia-sia dan keluarga jadi malu sama undangan.

Well, masih banyak detail2 acara menjelang pernikahan ini, tetapi gue udah males nulis. Silahkan tanya di komentar, ntar gue reply. Kalo kaga, yah, udah. Pokoknya, ribet abis. Tetapi, gue jadi kagum sama nenek moyang gue, soalnya mereka bisa merancangkan acara yang kompleks dan setiap acara itu memiliki makna yang dalam.

Pantesan aja orang Batak memiliki persaudaraan yang kuat.


G B U
J P

-----BEGIN PGP SIGNATURE-----
Version: GnuPG v1.4.1 (GNU/Linux)

iD8DBQFCv85hB8/qHi6Ah8wRAutYAJ43henqqMBNUqnwXB4TTJrB2jhmPgCdHXxh
MsP40xD6MFsTLSnUP+rZl4s=
=vPHa
-----END PGP SIGNATURE-----

Comments

Popular Posts