Skip to main content

Paintball: No Pain No Gain

Helo, gue senang banget bisa ikutan paintball. Padahal cadangan devisa lagi sekarat, terus ada retreat yang akan gue lakukan dalam dua bulan berturut-turut. Gue tetep nekad ikut pada hari Senin (15 September 2005). Berikut laporan beritanya:

Ada 2 tim yang bertanding, yaitu
Tim Loreng:

Terdiri atas:
>> Satria :: Jeab :: Wawan :: Vina :: Kusut (Tino) :: Bapu :: Arie :: Gunawan <<

Dengan pimpinan: entah, mereka kurang terkoordinasi.

Tim Polos:


Terdiri atas:
>> Feha :: Arnold :: Ersyad :: Boby :: JP :: Jos :: Inu :: Muha <<

Dengan pimpinan: Muha, tapi kayaknya gak berguna.

Peraturan yang dilakukan adalah:

  • Permainan berakhir dengan kemenangan untuk tim yang bisa mengambil bendera musuh.

  • Jika sudah dalam jarak dekat (<5 meter), dilarang menembak musuh, cukup bilang dia kena, maka dia dianggap terkena tembak.

  • Orang yang tertembak harus mengangkat tangannya dan berjalan ke markas dan memulai dari awal lagi. Selama dia jalan gak boleh ditembak.

  • Orang yang kehabisan peluru dan hendak mengisi ke pusat, harus mengangkat tangan dan tidak boleh ditembak



Pada ronde pertama, semua orang bermain seperti maen cs, peluru cuma 30 butir langsung diberondong ke arah musuh. Akibatnya, senapan semi-otomatis custom build itu cepat kehabisan peluru, termasuk gue. Weits, habisnya gue disuruh ke bagian kiri, dan cuma gue sendirian di situ. Rompi gue yang hitam (tim loreng) membuat gue bisa cukup tak terdeteksi.

Seru juga taktik tim gue pada ronde pertama ini, gue (seharusnya bersama Jos) maju ke sebelah kiri sedangkan yang lainnya ke arah kanan. Tetapi, akhirnya gue sendirian di kiri dan semua orang konsentrasi di kanan walaupun Muha dan Inu berada di tengah (seharusnya) menjaga semua sisi.

Taktik ini keren juga, sih. Saat tim loreng konsentrasi ke satu titik, yang lainnya bisa membantu bagian yang diserang sehingga tim loreng banyak kehilangan konsentrasi. Akibatnya, Ersyad berhasil merebut bendera dan memenangkan tim hijau polos pada ronde pertama.

Pada ronde kedua, kembali tim hijau polos memulai taktik untuk menyerang dari tempat yang sama. Kali ini, gue gak maju sendirian, gue maju bareng Arnold. Gue jadi advance team dan Arnold jadi backup gue.

Ketika gue maju, gue disergap sama Tino. Kita saling tembak sambil berlindung, gak ada yang kena. Gue akhirnya bikin taktik decoy. Gue minta arnold pura-pura di posisi gue, terus gue cari jalan memutar dan menyergap dia dari samping. Dasar si Tino, gue bilang udah kena, eh dia malah ngotot bilang dia belum ditembak. Akibatnya kita sempat adu argumen bentar, sebelum akhirnya dia ingat peraturan #2. Doh, akibat debat sebentar itu, posisi gue diketahui dan gue diberondong dari arah markas loreng. Kena, deh, gue! Padahal tinggal dikit lagi. Gue kena di kaki 2 tembakan.

Akhirnya gue dan Arnold memulai lagi dari awal. Di tengah gue liat ada Jos dan Muha jadi gue cukup pede maju sendirian.

Setelah agak maju.. Ter! tiba-tiba di kepala gue ada cat! Doh, ternyata gue kena tembak.

Tapi.. apaan, nih, kok warna cat tembakannya sama kayak tim gue? Ternyata, Jos dengan pedenya menembak tim sendiri! GRRRRRR!

Yah, sudah akhirnya mulai lagi dari awal. Kali ini, pertempuran sengit terjadi di sisi lainnya sehingga gue bisa masuk ke daerah musuh dengan cepat.

Ketika di markas musuh, gue liat 3 orang ngendok sambil melihat ke arah berlawanan. Gue tadinya mau berondong mereka. Tetapi, ketika gue berondong salah satu mereka, kok, baru saja tertembak dia sudah menembak balik? Ternyata, sesuai dengan peraturan #3, mereka yang tertembak harus ke markas dan bisa mulai lagi...

Yah, udah, gue akhirnya tertembaklah. Gue gak suka strategi ngendok itu! Nasib.. nasib.. nasib..

Karena peluru yang terbatas, akhirnya mereka kalah saat Bobby dan Ersyad maju dari arah berlawanan dan merebut bendera musuh. Skor akhir menjadi:

2 - 0

Jadi, tim hijau polos menang! Horee! Biarpun pake rompi merah menyala yang gampang keliatan, skill sungguh membuktikan..!



Thanks untuk Feha yang setia menjaga markas, sehingga bisa bagi-bagi peluru. Size doesn't matter!

Pengalaman ini sungguh tak terlukiskan dan gue rasa anak2 pada pengen lagi ikut paintball. Asli, deh, siapa pun yang ikut hari itu, walau sampe sekarang kaki pegel, masih merasakan nikmatnya maen paintball.

G B U
J P

Comments

  1. Anonymous10:48 PM

    huhuhu buat lagi dong! T_T

    ReplyDelete
  2. lainkali biar ngga ditembak ama Jos.. lu nyahut aja, Jep =D

    ReplyDelete
  3. Gimana mo nyahut, wong ada banyak musuh di depan. Gue itu yang paling depan di bagian kanan. Kalo gue nyahut, gue bakalan diberondong abis.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

STAN vs. UI

Ugh, kasihan banget adek gue. Saking kepinteran dia jadi dapet Akuntansi UI dan STAN. Jadi bingung mau masuk yang mana. Beberapa orang (termasuk orang tua gue), menyarankan masuk STAN. Gue malah memperburuk suasana dengan membela memasuki Akuntansi UI, maklum bela almamater. Duh, gue jadi merasa bersalah bikin dia ragu-ragu. Kira-kira enakan masuk mana, yah? Gue juga gak tahu keuntungan masing-masing. Hasil debat sementara: ~ Untuk jangka panjang masuk UI, untuk jangka pendek STAN. ~~Tapi, dia itu kan cewek, ntar pas menikah kemungkinan besar karir terhambat. Eits, ntar, dulu, sekarang kan jamannya emansipasi, bisa aja cowoknya yang jadi BRT. ~ STAN sarang korupsi, kalo masuk STAN jadi pegawai negeri. Kalo mau kaya harus korupsi. Tapi kalo masuk UI, lulus masuk jadi akuntan publik. Sekarang ini, orang membayar akuntan publik untuk memanipulasi nilai pajak dan aset. *SIGH*. Jadi gak ada yang beres ~ dll. Yah, udah gue jadi bingung, apa lagi dia nanya saran gue. Buah, gue gak pengalaman ...

I Hate Marvel Civil War Storyline In Comic

See this snippets from The Amazing Spiderman: [1] http://scans-daily.dreamwidth.org/4625006.html The snippets on [1] made it clear: Stan Lee made Spidey have a strong believe in Privacy. The comic strips show how Spidey even have to face charges because of his anonymity. The accuser even made many accusation to other entities for political attacks. A fan-art/art I've found in the 90's illustrated Spiderman standing in front of Peter Parker tomb. I don't know if that was originally from comic book or fan-made, 90's are a long time ago. That art mesmerized me and introduced me to the importance of privacy. In late nineties, I was joined to a program hold by an NGO. So, at that time I know how crucial a privacy was (and still is) to humanity. I'm not exaggerating! Humanity would fall to big financial organizations if people could not voice their fears in anonymity. Whistleblowers around the world would not dare to come up. We would not see any suppression ge...