Skip to main content

Jurus-jurus Sang Pendeta

Pendeta juga manusia, lelaki yang memiliki hasrat juga. Bagaimanakah caranya untuk dapat hidup memenuhi tuntutan duniawi tanpa keluar dari koridor Alkitab?

I. Pendeta juga suka cewek
Bagaimana membuktikan kalau dia juga suka cewek? Hal ini dapat dibuktikan ketika Beliau menaiki Kopaja(*) atau Metromini(**). Seperti yang kita ketahui bersama, minibus-minibus ini seringkali mengejar setoran dan mengatur sela dengan berusaha mendahului sesama rekannya. Hal ini mengakibatkan mereka seringkali balapan di jalan raya.

Nah, pembuktian terjadi saat minibus yang ditumpangi Pendeta menikung.

Saat Pendeta duduk di sebelah seorang nenek tua, om-om, anak kecil, cewek jelek, dan cowok, ia akan memegang bangku yang ada di depannya dan berusaha agar ia tidak terlempar ke samping. Doanya:
"Tuhan, tolong aku dalam pencobaan ini. Biarlah aku kuat menanggungnya."
Saat Pendeta duduk di sebelah seorang gadis ayu jelita, demikian doanya:
"Jadilah kehendak-Mu"
seraya menjatuhkan dirinya ke arah wanita muda tersebut.


II. Pendeta juga bisa romantis
Salah satu kerugian menjadi Pendeta adalah gak boleh bohong. Itu sebabnya seorang pendeta harus memikirkan cara untuk bisa romantis. Selain itu, seorang pendeta juga harus bisa menyenangkan pasangannya tanpa harus mengorbankan naluri kelelakiannya.

Kalau seorang pemuda berjalan di mal dengan pacarnya atau seorang bapak berjalan bersama istrinya dan berpapasan dengan wanita cantik. Ada 2 trik yang biasa dipakai:

Trik 1: Biarkan pasangan terdistraksi dari awal.

Prosedur 1:
"Wah barang itu bagus, yah, say."
Seraya menunjuk produk di etalase yang searah dengan pemandangan.

Prosedur 2:
"Eh, kamu tahu gak... [Bla.. bla.. bla.. bicara basa-basi karena kebetulan pandangan searah dengan obyek yang dituju]"


Trik 2: Biarkan saja sampai pasangan tahu. Baru ketika diprotes:
"Kamu kalo cemburu jadi lebih manis"
"Hehehe... gak gitu, lah"
"Menurut aku, sih, kamu lebih manis."

Nah, bagaimana trik sang pendeta? Gak boleh bohong;
Trik 3:
"Iya, tapi, 'kan, yang saya pegang untuk hidup cuma kamu."
III. Sudah cukup!

Nah, teman-teman, inilah mudah-mudahan tulisan terakhir dari seri refleksi membaca Kimagure Orange Road. Jadi, kalo misalnya nanti gw lebih menulis yang merefleksikan dunia gw mohon dimaklumi, yah. Untuk selanjutnya akan masuk seri terbaru.

(*) Kopaja adalah sebuah minibus umum yang berwarna dasar putih dengan strip hijau pada samping mobil.
(**) Metromini adalah sebuah minibus umum yang berwarna merah.

Comments

Popular posts from this blog

STAN vs. UI

Ugh, kasihan banget adek gue. Saking kepinteran dia jadi dapet Akuntansi UI dan STAN. Jadi bingung mau masuk yang mana. Beberapa orang (termasuk orang tua gue), menyarankan masuk STAN. Gue malah memperburuk suasana dengan membela memasuki Akuntansi UI, maklum bela almamater. Duh, gue jadi merasa bersalah bikin dia ragu-ragu. Kira-kira enakan masuk mana, yah? Gue juga gak tahu keuntungan masing-masing. Hasil debat sementara: ~ Untuk jangka panjang masuk UI, untuk jangka pendek STAN. ~~Tapi, dia itu kan cewek, ntar pas menikah kemungkinan besar karir terhambat. Eits, ntar, dulu, sekarang kan jamannya emansipasi, bisa aja cowoknya yang jadi BRT. ~ STAN sarang korupsi, kalo masuk STAN jadi pegawai negeri. Kalo mau kaya harus korupsi. Tapi kalo masuk UI, lulus masuk jadi akuntan publik. Sekarang ini, orang membayar akuntan publik untuk memanipulasi nilai pajak dan aset. *SIGH*. Jadi gak ada yang beres ~ dll. Yah, udah gue jadi bingung, apa lagi dia nanya saran gue. Buah, gue gak pengalaman ...

I Hate Marvel Civil War Storyline In Comic

See this snippets from The Amazing Spiderman: [1] http://scans-daily.dreamwidth.org/4625006.html The snippets on [1] made it clear: Stan Lee made Spidey have a strong believe in Privacy. The comic strips show how Spidey even have to face charges because of his anonymity. The accuser even made many accusation to other entities for political attacks. A fan-art/art I've found in the 90's illustrated Spiderman standing in front of Peter Parker tomb. I don't know if that was originally from comic book or fan-made, 90's are a long time ago. That art mesmerized me and introduced me to the importance of privacy. In late nineties, I was joined to a program hold by an NGO. So, at that time I know how crucial a privacy was (and still is) to humanity. I'm not exaggerating! Humanity would fall to big financial organizations if people could not voice their fears in anonymity. Whistleblowers around the world would not dare to come up. We would not see any suppression ge...