Gw bisa, tapi apakah orang lain bisa?
Ini pertanyaan cukup nyeleneh, tapi contoh gampangnya adalah pas bulan puasa, gw makan es krim di tengah jalan siang bolong. Boleh, gak, gw? Menurut lo gimana?
Ato gini, pas orang lagi kena bencana banjir, trus rumah gw karena di atas jadi gak kena banjir. Trus, gw tutup gerbang supaya gak dijadiin tempat pengungsian. Boleh, gak, gw? Menurut lo gimana?
Itu semua, kan, punya gw semua. Boleh, dong. Gw gak rugiin orang lain, kok.
Tahu, gak, membeli sebuah aplikasi komersil sekarang ini adalah sebuah kewajiban bukan sebuah pilihan. Saat ini sebagian besar orang tahunya pake doang. Abis itu, hampir semua orang (termasuk gw kali, yah) ud lupa kalo negara ini adalah negara hukum. Nah, biar tambah sip, orang-orang kebanyakan ud kemakan propaganda.
Asyiknya lagi, ada orang2 yang mampu untuk memberikan sebuah pilihan. Orang-orang itu namanya praktisi ICT. Orang-orang ini mampu, namun mereka milih ikut mainstream. Toh, mereka bisa memilih mau ke mana mereka pergi. Bisa beli license, bisa install sendiri, dan ngerti dukungan vendor.
Boleh, dong, kita milih gak mendukung pengadaan solusi alternatif. Sah-sah saja, kan, kalo kita gak berkontribusi terhadap suatu komunitas. Toh, kita, kan, gak merugikan mereka.
Bolehkan? Menurut lo?
Ini pertanyaan cukup nyeleneh, tapi contoh gampangnya adalah pas bulan puasa, gw makan es krim di tengah jalan siang bolong. Boleh, gak, gw? Menurut lo gimana?
Ato gini, pas orang lagi kena bencana banjir, trus rumah gw karena di atas jadi gak kena banjir. Trus, gw tutup gerbang supaya gak dijadiin tempat pengungsian. Boleh, gak, gw? Menurut lo gimana?
Itu semua, kan, punya gw semua. Boleh, dong. Gw gak rugiin orang lain, kok.
Tahu, gak, membeli sebuah aplikasi komersil sekarang ini adalah sebuah kewajiban bukan sebuah pilihan. Saat ini sebagian besar orang tahunya pake doang. Abis itu, hampir semua orang (termasuk gw kali, yah) ud lupa kalo negara ini adalah negara hukum. Nah, biar tambah sip, orang-orang kebanyakan ud kemakan propaganda.
Asyiknya lagi, ada orang2 yang mampu untuk memberikan sebuah pilihan. Orang-orang itu namanya praktisi ICT. Orang-orang ini mampu, namun mereka milih ikut mainstream. Toh, mereka bisa memilih mau ke mana mereka pergi. Bisa beli license, bisa install sendiri, dan ngerti dukungan vendor.
Boleh, dong, kita milih gak mendukung pengadaan solusi alternatif. Sah-sah saja, kan, kalo kita gak berkontribusi terhadap suatu komunitas. Toh, kita, kan, gak merugikan mereka.
Bolehkan? Menurut lo?
Comments
Post a Comment